Selasa, 07 September 2010

Higiea, Sejarah Promosi Kesehatan

Sejarah kesehatan masyarakat (public health) mengisahkan tentang dua tokoh metologi Yunani, yaitu Asclepius (dalam literatur lain juga disebut Asculapius) dan Higiea. Berdasarkan mitors Yunani yang dikisahkan Asculapius adalah seorang dokter pertama yang tampan dan pandai. Ia dapat mengoati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur tertentu dengan baik.

Selanjutnya Higiea adalah asistennya yang kemudian menjadi istri Asclepius, juga memberikan jasa berupa melakukan kegiatan-kegiatan untuk pencegahan penyakit. Upayanya berupa mengajarkan masyarakat untuk berprilaku hidup bersih. Ia menekankan bahwa penyakit tidak akan terjadi jika manusia dapat menjalankan hidup seimbang dan kebersihan diri, antara lain menghindari makanan dan minuman kotor, beracun, makan makanan yang bergizi, dan cukup istirahat. Apabila orang telah jatuh sakit, Higiea menganjutkan melakukan upaya-upaya secara alamiah antara lain memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik, dari pengobatan.

Dari mitos tersebut dilihat adanya perbedaan dalam konsep kesehatan, tetapi justru saling melengkapi.

Apabia Asclepius melakukan pendekatan pengobatan penyakit maka Higiea dengan pencegahan penyakit. Perkembangan selanjutnya mitos ini melahirkan dua aliran ilmu yang berbeda, yaitu Asclepius cenderung menunggu terjadinya penyakit dengan metode pendekatan kuratif atau pengobatan. Kelompok ini melahirkan ilmu kedokteran dengan profesinya sebagai dokter, dokter gigi, perawat, perawat gigi, dan lain-lain. Sedangkan aliran Higiea cenderung melakukan pendekatan dengan pencegahan penyakit serta upaya peningkatan atau promosi kesehatah. Aliran ini melahirkan ilmu kesehatan masyarakat (public health) dengan profesi-profesi terkait, yaitu sanitarian, ahli gizi, dan profesi lain yang melakukan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.

Cerita di atas merupakan embrio dari ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan masyarakat. Namun, sebelum berkembang menjadi cabang ilmu pengetahuan masih melewati berbagai fase.

Secara umu perkembangan kesehatan masyarakat dibagi dalam dua masa, yaitu masa sebelum ilmu pengetahuan atau pre scientific period dan sesudah ilmu pengetahuan berkembang atau scientific period.

a. Periode Sebelum Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Sejarah kebudayaan umat dimulai dari empat pusat kebudayaan kuno, yaitu Babylonia, Mesir, Yunani, dan Roma. Dari peninggalan-peninggalan tersebut diketahui bahwa pemerintahan kota pada waktu itu melakukan upaya-upaya pemberantasan penyakit.Ditemukan pula peraturan tertulis yang mengatur pembuangan air limbah (drainase), pengaturan air minum, pembuangan sampah dan sebagainya.
Juga dapat diketahui bahwa di kota-kota peninggalan pada zaman tersebut telah dibangun tempat pebuangan tinja umum (public lactrine), membuat sumber air minum sendiri atau sumur. Namun alasan pembangunan itu bukan karena kesehatan, melainkan karena alasan keindahan atau estetik. (Geene, 1984)
Dari catatan sejaah diketemukan bahwa pada zman Romawi kuno, pemerintah kota itu telah mengeluarkan peraturan yang berkaitan dengan kesehatan, misalnya masyarakat harus melaporkan adanya binatang-binatang berbahaya maupun yang menimbulkan bau tidak enak, peraturan pembangunan rumah yang aman dari ancaman keamanan, dan sebagainya. Bahkan pemerintah kerajaan melakukan peninjauan ke tempat-tempat minuman umum, warung makan, tempat-tempat prostitusi dan lain-lain. (Hanlon, 1974)
Kemudian pada permulaan abad pertama sampai abad ke-7, kesehatan masyarakat dirasakan makin penting. Hal ini disebabkan karena mulai timbul penyakit menular. Bahkan di beberapa tempat telah menjadi epidemik dan endemik. Penyakit kolera yang mula-mula terjadi di Inggris kemudian menyebar ke Afrika, ke Asia Barat hingga Asia Selatan. Pada akhir abad ke-7 tercatat bahwa India telah menjadi pusat endemik kolera. Penyakit lepra juga telah menyebar dimulai dari Mesir kemudian Asia Kecil dan Eropa melalui emigran.
Upaya untuk mengatasi penyakit juga sudah mulai dilakukan yaitu perbaikan lingkungan seperti higiene dan sanitasi. Pembuangan kotoran manusia latrine, perusahaan air minum yang bersih, pembuangan sampah, ventilasi rumah, telah tercatat menjadi bagian dari masyarakat.
Pada abad ke-13 tercatat telah mulai terjadi epidemik pes paling dahsyat terutama di Cina dan India, tercatat 13.000.000 orang meninggal. Di India, Mesir, dan Gaza dilaporkan 13.000 orang meninggal tiap hari karena pes, dan tercatat kematian sebanyak 60.000.000 orang diseluruh dunia. Oleh sebab itu, wabah pes pada waktu itu dikenal dengan peristiwa “the black death”. Disamping itu, masih terjadi wabah kolera dan pes di berbagai tempat. Pada tahun 1603, terjadi kematian 1 di antara 6 orang karena penyakit menular. Lebih meningkat pada 1665 yakni terjadi kematian 1 di antara 5 orang karena penyakit menular. Pada 1759 juga tercatat penyakit lain seperti difteri, tifus, dan disentri.
Dari catatan sejarah ditemukan bahwa masalah kesehatan mesyarakat khususnya penyebaran [enyakit sudah meluas dan menyebar begitu dahsyat, tetapi upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat secara menyeluruh belum dilakukan secara baik pada zamannya.

b. Periode Sesudah Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pada akhir abad 18 dan awal abad 19 ilmu pengetahuan maju begitu pesat, memberikan dampak yang luas terhadap aspek kehidupan manusia termasuk kesehatan. Kalau pada abad sebelumnya masalah kesehatan, khususnya penyakit menulardilihat sebagai fenomena biologis dan pendekatan yang dilakukan hanya secara biologis dan sempit, maka mulai abad ke-19 masalah kesehatan sudah dipandang sebagai masalah yang kompleks. Oleh sebab itu, pendekatan masalah kesehatan harus dilakukan secara komprehensif dan meliputi multisektor.
Pada abad ini pula telah ditemukan berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahnya. Louis Pasteur berhasil menemukan vaksin cacar, Joseph :Lister menemukan asam karbol untuk sterilisasi ruang operasi, dan William Marton menemukan Ather sebagai anasthesi saat operasi.
Penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmia mulai dilakukan pada tahun 1832 di Inggris. Saat itu sebagian rakyat Inggris terserang wabah Kolera, terutama penduduk yang tinggal di perkotaan yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komite untuk penyelidikan dan penanganan masalah wabah kolera. Edwin Chadwich, seorang pakar sosial sebagaiketua komisi melaporkan hasil penyelidikannya. Masyarakat hidup dalam sanitasi yang jelek, sumur penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia. Air limbah mengalir terbuka, makanan yang dijual di pasar banyak di kerumuni lalat dan kecoa.
Ditemukan pula, penduduk miskin bekerja 14 jam perhari dengan gaji di bawah kebutuhan hidup, sehingga sebagian penduduk tidak mampu membeli makanan bergizi.Berdasarkan laporan Chadwich , parlemen Inggris mengeluarkan aturan upaya peningkatan kesehatan penduduk, seperti sanitasi lingkungan, sanitasi tempat kerja, sanitasi pabrik, dan sebagainya.
Pada akhir abad 19 dan awal abad 20 mulai dikembangkan pendidikan untuk tenaga kesehatan masyarakat profesional. Pada tahun 1983, John Hopkins mempelopri berdirinya universitas yang di dalamnya ada fakultas kedokteran, dan salah satu departemennya adalah departemen kesehatan.
Dari segi pelayanan, pada 1855 pemerintah Amerika Serikat membentuk departemen kesehatan yang pertama kali. Fungsinya untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk, termasuk perbaikan dan dan pengawasan sanitasi lingkungan. Pada tahun 1972, diadakan pertemuan orang-orang yang mempunyai perhatian terhadap kesehatan masyarakat, baik dari universitas maupun dari pemerintah di New York. Pertemuan tersebut mengasilkan Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (American Public Health Association).

KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA
Sejarah kesehatan masyarakat di Indonesia di mulai pada zaman penjajahan Belanda pada abad ke-19. pada tahun 1807 pada waktu Gubernur Jenderal Deandeles, telah dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek peralinan. Upaya itu dilakukan dalam rangka upaya menurunkan angka kematian bayi yang tinggi pada waktu itu. Tetapi upaya ini tidak berlangsung lama, karena langkanya tenaga pelatih kebidanan. Pada tahun 1930 upaya ini dilanjutkan kembali, dimulai dngan mendaftar semua dukun bayi sebelum dilakukan pelatihan penolong persalinan. Memasuki zaman kemerdekaan, pada tahun 1952, upaya tersebut ditingkatkan lagi dengan diadakannya pelatihan-pelatihan dukun bayi yang lebi intensif.

Pada tahun 1851 Sekolah dokter Jawa (sekarang menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) didirikan di Jakarta oleh dr.Bosch (kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer) dan dr. Bleeker. Kemudian sekolah ini terkenal dengan STOVIA (School Tot Opleding Van Indische Arsten) atau sekolah untuk dokter pribumi. Setelah itu pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Arsten School ).pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi Sekolah Kedokteran dan tahun 1947 berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kedua sekolah dokter tersebutlah yang akhirnya memiliki perananan besar dalam mengembangkan kesehatan masyarakat yang lain, seperti gizi dan sanitarian lingkungan.

Pada tahun 1922 pes masuk Indonesia, dan pada tahun 1933, 1934, 1935 terjadi epidemik di berbagai tempat terutama di pulau Jawa. Ketika terjadinya wabah penyakit pada tahun 1935 telah dimulaidilakukannya program pemberantasan pes dengan penyemprotan DDT di rumah-rumah penduduk dan memberikan vaksinasi. Kolera masuk Indonesia pada tahun 1927, sepuluh tahun kemudian kolera eltor menjadi wabah.
Pada tahun 1925, Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda mengamati angka kesakitan dan kematian di Banyumas-Purwokerto. Ditarik kesimpulan bahwa penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas karena jeleknya kondisi sanitasi lingkungan di masyarakat. Masyarakat pada waktu itu membuang kotorannya di sembarang tempat. Padahal mereka mengambil air di kali.

Untuk memulai upaya kesehatan masyarakat, Hydrich mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda kesehatan. Sapai sekarang usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehaan masyarakat di Indonesia.

Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak enting perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah diperkenalkannya Bandung Plan atau Konsep Bandung pada tahun 1951 oleh Dr. J. Leimina dan dr.Patah yang selanjutnya dikenal dengan konsep Patah-Leimena. Dalam konsep ini mulai diperkenalkan bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan.

Pada tahun 1956 dr.J Sulianti mendirikan Proyek Bekasi sebagai contoh pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia, dan sekaligus sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan. Selain sebagai model, juga segai pusat pelatihan tenaga kesehatan, dan menekankan pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan.

Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini dipilih 8 desa wilayah pngembangan masyarakat di provinsi Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, dan Kalimantan Selatan, merupakan cikal bakal sistem pelayanan kesejatan masyarakat atau PUSKESMAS.

Pada November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat Indonesia. Pada waktu itu dibahas konsep Puskesmas yang dibawakan oleh dr. Achmad Dipodilogo yang mengacu kepada Konsep Bandung dan Proyek Bekasi. Kesimpulan dari seminar ini adalah adanua disepakatinya sistem Puskesmas yang terdiri tipe A, B, dan C.

Departemen Kesehatan menyiapkan rencana induk pelayanan kesehatan terpadu di Indonesia. Pada tahun 1968 dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional dicetuskan bahwa Puskesmas adalah sistem pelayan kesehatan terpadu yang kemudian dikembangkan oleh Departemen Kesehatan menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang membertikan pelayan kuratif dan preventif decara terpadu, emnyeluruh, dan mudah dijangkau dalam wilayah kerja kecamatan. Kegiatan pokok pada awalnya hanya lima, lalu menjadi Basic 7 health services, dan tahun 1990-an menjadi 13 usaha pokok, yakni :
1. Kesehatan Ibu dan Anak
2. Keluarga Berencana
3. Gizi Masyarakat
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
7. Pengobatan
8. Perawatan Kesehatan Masyarakat
9. Usaha Kesehatan Gigi
10. Usahah Kesehatan Jiwa
11. Usaha Kesehatan Sekolah
12. Laboraturium
13. Pencatatan dan Pelaporan

SUMBER : Prof. Dr. Soekijo Notoatmojo, S.K.M, M.Com. H dalam bukunya Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi (2005)dan AKBID SARI MULIA

1 komentar: