RSS

"Behind the Scene" , Asal-Usul dari Penemuan Vaksin HIV di Thailand

Pada hari Kamis 24 September 2009, Thailand resmi mengumumkan kesuksesannya dalam meneliti vaksin HIV. Vaksin baru itu diberi nama RV 144.

Pada tahun 2007, dua juta orang meninggal karena AIDS.United Nations agency UNAIDS memperkirakan, setiap hari 7.000 orang baru di seluruh dunia terinfeksi HIV.Pada tahun 2004, banyak orang skeptis terhadap percobaan vaksin HIV terutama setelah 22 peneliti AIDS mempublikasikan sebuah editorial di majalah Science yang mengatakan bahwa penelitian vaksin AIDS hanya membuang-buang uang. Pada tahun 2007, dua percobaan dari vaksin Merck pada sekitar 4000 orang telah dihentikan sejak awal, vaksin tersebut tidak hanya gagal bekerja tetapi pada beberapa laki-laki malah meningkatkan risiko infeksi.
Dr. Anthony S. Fauci, direktur The National Institute of Allergy and Infectious Disease, mengatakan “Selama lebih dari 20 tahun terakhir, percobaan vaksin telah gagal, sekarang seperti kami telah meraba sebuah pola dalam gelap, dan pintu telah terbuka. Kita dapat mulai menanyakan beberapa pertanyaan yang sangat penting.”
Para peneliti menyatakan bahwa vaksin baru HIV dipelajari untuk menjawab dua pertanyaan fundamental, yaitu mengapa penyakit AIDS hanya mengenai beberapa orang dan tidak yang lain, dan mengapa mereka yang terinfeksi setelah mendapat vaksinasi tidak mendapat manfaat apapun.
Percobaan Terbesar di Dunia
Percobaan terbesar vaksin HIV dalam sejarah ini menelan biaya 105 juta dolar dan diikuti oleh 16.402 sukarelawan Thailand. Laki-laki dan perempuan berumur 18 hingga 30 tahun direkrut dari 2 provinsi di tenggara ibukota Bangkok, lebih banyak dari populasi umum dibandingkan dari kelompok risiko tinggi seperti para pekerja seks atau pengguna obat-obatan injeksi. Separuhnya mendapat 6 dosis dari dua vaksin yang berbeda, sedangkan separuhnya lagi diberikan plasebo.
Untuk alasan etik, seluruhnya telah ditawari kondom, diajarkan bagaimana untuk mencegah infeksi dan dijanjikan terapi antiretroviral jangka panjang jika mereka terkena AIDS. Mereka secara reguler diuji selama 3 tahun. Hasilnya, 74 diantaranya yang mendapat plasebo terinfeksi HIV, tetapi hanya 51 dari mereka yang mendapat vaksin yang terkena.
Meskipun perbedaannya hanya 23 orang, Kolonel Jerome H. Kim, seorang dokter dan manajer dari program vaksin HIV militer, mengatakan bahwa secara statistik hal tersebut signifikan dan berarti bahwa vaksin tersebut 31,2 % efektif.
Vaksin HIV Thailand
RV 144, nama vaksin HIV baru ini, merupakan kombinasi dari Alvac HIV dan Aidsvax, dua vaksin buatan yang sebelumnya telah gagal saat digunakan secara terpisah. Vaksin dari Perusahaan Perancis Sanofi-Aventis, Alvac HIV, adalah virus canarypox dengan tiga gen virus yang disisipkan di dalamnya. Variasi dari vaksin ini telah diuji di beberapa negara, hasilnya memperlihatkan bahwa vaksin ini aman namun tidak protektif.
Vaksin lain Aidsvax, yang dibuat oleh Genentech tetapi saat ini dilisensikan kepada Global Solutions for Infectious Diseases, sebuah kelompok kesehatan nonprofit, mengandung protein yang ditemukan di permukaan virus AIDS. Virus ditumbuhkan di sebuah medium cair yang mengandung sel ovari hamster. Vaksin ini telah diuji pada pengguna obat-obatan di Thailand pada tahun 2003 dan pada laki-laki gay di Amerika Utara dan Eropa, tetapi gagal.
Kombinasi Alvac dan Aidsvac secara sederhana menimbulkan pertanyaan: jika yang satu didesain untuk membuat antibodi dan yang lain untuk memberi peringatan pada sel darah putih, mungkinkah mereka bekerja secara bersama-sama?
Pada percobaan ini terdapat sebuah hasil yang membingungkan yaitu bahwa vaksin ini tidak menurunkan viral loadsmereka yang divaksinasi tetapi hanya menangkap virus saja. Ini membingungkan karena bahkan vaksin yangmismatched pun dapat berefek seperti itu. Menurut dr. Fauci, hal aneh ini -mereka yang terinfeksi memiliki jumlah virus yang sama pada darahnya baik pada mereka yang mendapat vaksin maupun yang mendapat plasebo- memperlihatkan bahwa RV 144 tidak memproduksi “antibodi penetral”, seperti kebanyakan vaksin. Antibodi adalah protein berbentuk Y yang dibentuk oleh tubuh yang mengikat virus yang menginvasi, melindungi permukaan sel dengan cara melekat pada sel dan menandai virus untuk dihancurkan.

Menurut teori dr. Fauci, vaksin RV 144 akan menghasilkan “antibodi pengikat” yang melekatkan diri ke sel efektor , sebuah tipe sel darah putih, dan mendayagunakan sel efektor untuk melawan virus. Oleh karena itu, dia mengatakan, akan sangat masuk akal untuk menyaring seluruh sampel darah orang Thailand yang telah disimpan untuk menemukan “antibodi pengikat” tersebut.

Bukan Akhir Segalanya

Mitchel Warren, Direktur Eksekutif AIDS Vaccine Advocacy Coalition (AVAC) mengatakan, “Ini bukan vaksin yang mengakhiri epidemik, tetapi ini adalah langkah baru luar biasa yang membawa kita ke arah yang baru. Dan arah ke mana masih belum diketahui. Tidak seorangpun termasuk para peneliti dari United States Army, the National Institutes of Health, Kementrian Kesehatan Masyarakat Thailand dan dua perusahaan vaksin yang telah menguji vaksin, mengetahui mengapa vaksin memberikan indikator sukses yang lemah.”
Frances Gotch, Professor Imunologi di Imperial College London mengatakan bahwa hasil menunjukkan hasil yang signifikan secara statistik dan mungkin efek kedua vaksin bekerja bersama menimbulkan efek yang lebih kuat. Gotch yang juga peneliti utama di International AIDS Vaccine Initiative, mengatakan “Tentu tidak 100% orang terproteksi tetapi 31% akan membuat perbedaan besar di dunia. Saya pikir ini akan bermanfaat.”
Para peneliti menekankan vaksin ini belum diketahui apakah akan bekerja pula pada strain lain di belahan dunia yang lain. Vaksin ini didesain untuk melawan strain virus yang tersering di Asia Tenggara, sehingga harus dimodifikasi untuk strain yang beredar di Afrika dan Amerika Serikat.
Dr. Lawrence Corey, peneliti utama di HIV Vaccine Trials Network, yang tidak terlibat di percobaan RV 144, mengatakan percobaan baru pada versi smallpox yang telah dilemahkan menghasilkan ‘tulang punggung’ pox yang lebih baik yang dapat menggantikan canarypox. Penelitian baru, dapat lebih cepat dan lebih kecil jika dilakukan di negara Afrika dimana AIDS lebih umum didapatkan daripada di Thailand. “Penemuan vaksin HIV Thailand menimbulkan optimisme tentang kemungkinan meningkatkan hasil yang sudah ada saat ini. Ini adalah sesuatu yang dapat kita lakukan,” tutup dr. Fauci. Semoga vaksin baru selanjutnya yang lebih poten dapat segera ditemukan. (primz)
Sumber:
1. Celego. HIV vaccine Thailand. Availabel from: http://www.way2boom.com/health/hiv-vaccine-thailand-|-hiv- aids-vaccine-2009/
2. Kittiwongsakul, P. Thailand announces AIDS vaccine ‘breakthrough’. Agence France-Presse. Available from: http://www.thaindian.com/newsportal/...100251879.html
3. MCNeil, DG. For First Time, AIDS Vaccine Shows Some Success. Military HIV Research Programme. Available from: http://www.nytimes.com/2009/09/25/he...aids.html?_r=1

from
http://myhealing.wordpress.com/2009/...h-infeksi-hiv/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...