Para perokok mungkin tidak menghiraukan bahaya merokok karena merasa tidak melihat tanda-tanda bahwa asap rokok tersebut telah menimbulkan gangguan kesehatan. Gambar-gambar menyeramkan mengenai paru-paru yang menghitam atau "bolong" pada bungkus rokok bahkan tidak memengaruhi keputusan mereka untuk merokok. Dengan pongahnya mereka bilang, "Ah, pada akhirnya semua orang juga akan mati."
Anda yang merokok mungkin juga tidak menyadari apa sebenarnya risiko merokok dalam jangka pendek. Padahal, ketika Anda merasa masih bugar meskipun sudah bertahun-tahun merokok, sebenarnya tubuh Anda telah menampakkan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh asap rokok ini. Tidak percaya? Tujuh hal di bawah ini adalah beberapa di antaranya:
1. Kulit kusam.
Apabila Anda berhenti merokok, Anda akan memerhatikan salah satu perubahan positif pertama: kulit Anda akan terlihat lebih hidup dan lebih cerah. Para perawat mengatakan bahwa mereka bisa membedakan perokok dan bukan perokok hanya dari kulitnya.
2. Batuk.
Ketika Anda berjalan terlalu cepat, pergi keluar saat cuaca sedang kurang baik, atau menghirup uap dari shower air panas, mendadak Anda akan merasa seperti penderita TB. Itulah yang terjadi ketika paru-paru Anda bereaksi terhadap iritasi yang berlebihan.
3. Indera penciuman dan perasa yang menurun.
Perokok cenderung menjadi gemuk setelah berhenti merokok? Ternyata ini bukan sekadar mitos. Penyebabnya adalah karena semua makanan mendadak jadi terasa lezat karena Anda merasa lebih mampu mengecap rasanya.
4. Jam tidur berantakan.
Menurut National Sleep Foundation (www.sleepfoundation.org), perokok lebih sering mengalami masalah tidur daripada non-perokok. Nikotin adalah stimulannya yang akan mengacaukan pola tidur Anda yang normal. Merokok sebelum tidur membuat Anda makin sulit tertidur. Ketika perokok tidur, mereka mengalami gejala yang ditimbulkan oleh nikotin, yang juga menyebabkan masalah tidur. Selain itu, nikotin juga bisa menyebabkan mimpi buruk, sulit bangun pagi, dan mengantuk pada siang hari.
5. Gampang kena flu.
Sampai sekarang para peneliti tidak mampu menjelaskan mengapa perokok memiliki respons yang berlebihan terhadap infeksi virus. Namun, dari berbagai penelitian terlihat bahwa perokok lebih cenderung mengalami kematian saat terjadi epidemi influenza, dan lebih mudah terkena chronic obstructive pulmonary disease (COPD, penyakit paru-paru obstruktif kronis). Kekacauan sel kekebalan diperkirakan sebagai penyebab perokok lebih mudah masuk angin, flu, dan pneumonia ketimbang non-perokok.
6. Masalah perkimpoian.
Studi pada tahun 1990-an yang dilakukan oleh Eric Doherty dan William J Doherty dari University of Minnesota menemukan bahwa risiko perokok untuk bercerai meningkat 53 persen. Usia, ras, pendidikan, penghasilan, dan jender tidak memengaruhi fenomena ini. Jika perokok muda cenderung memasuki masa dewasa dengan lebih banyak masalah psikologis ketimbang non-perokok, perokok dewasa terlihat memiliki tingkat depresi dan kegelisahan yang lebih tinggi. Mereka yang merokok memiliki karakteristik dan pengalaman hidup yang bisa menyebabkan masalah dalam hubungan.
7. Lesi prakanker.
Dalam mulut perokok akan tumbuh bercak bersisik warna putih yang sakit, yang bisa mengakibatkan kanker mulut.
Berhenti merokok memang tidak menyenangkan, tetapi mati akibat kanker paru-paru, atau melihat putra-putri Anda terisak-isak di sisi tempat tidur Anda di rumah sakit tentu lebih menyedihkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar